Oleh: Khairil Miswar (Editor)
Abdul Samad Ismail adalah salah seorang wartawan dan sastrawan terkemuka di Malaysia. Ia berdarah Jawa dan lahir di Singapura.
Rosihan Anwar menceritakan bahwa sejak usia 19 tahun tepatnya pada 1943, Samad sudah tergabung dalam sidang pengarang Semangat Asia dan setahun kemudian menjadi wartawan di Berita Malay. Pada 1946 sampai 1951 ia menjadi wartawan Utusan Melayu.
Pada tahun 1976, Samad berusia 52 tahun. Sampai dengan tahun 1958, Samad bertahan di Singapura dan pindah ke Kuala Lumpur Malaysia setelah ia didepak oleh Lee Kuan Yew dari Partai PAP.
Setelah hijrah ke Malaysia, Samad mendapat kedudukan penting dalam dunia persuratkabaran. Ia adalah wartawan terkemuka pada koran The New Straits Times yang sebagian besar sahamnya dimiliki UMNO pada masa Tun Razak.
Oleh sebagian pihak di Singapura dan Malaysia, Samad Ismail dianggap sebagai pemasok pikiran-pikiran sosialisme ke dalam kesusatraan Melayu.
Samad pernah menulis novel dengan tajuk “Tembok Tidak Tinggi” yang terbit pada 1967. Novel ini berkisah tentang kehidupan dalam penjara kolonial.
Karena mendapat tuduhan sebagai komunis, Samad pernah ditangkap dan dipenjara oleh kolonial Inggris pada 1952-1953.
Pada 1976, Samad kembali ditangkap pihak Kerajaan Malaysia. Ia dituduh sebagai otak kelompok komunis yang akan melakukan tindakan subversif di Malaysia.
Tempo, 3 Juli 1976
No comments:
Post a Comment