Oleh: Haekal Afifa
Banyak orang tidak tahu bahwa buku The Price of Freedom karya Tengku Hasan di Tiro ada yang dipalsukan. Dengan tujuan untuk menghilangkan Dr. Husaini Hasan dalam sejarah Aceh Merdeka.
Buku The Price of Freedom adalah catatan selama alm. Wali bergerilya di rimba Aceh dari tahun 1976 sampai 1979 dan baru ditulis pada tahun 1981 dalam versi bahasa Inggris dan diterbitkan tahun 1982 dengan tebal 225 halaman.
Naskah terbitan pertama ini ada di tangan Dr. Husaini Hasan. Beliau sebagai Sekretaris Negara Aceh Merdeka waktu itu menulisnya dengan didikte atau dibahani oleh alm. Wali Negara.
Naskah selanjutnya, diterbitkan di Banda Aceh dan dipublikasikan pada tahun 1984, juga dalam versi bahasa Inggris dengan tebal 225 halaman ditulis dengan mesik tik, naskah ini turut disumbangkan ke Perpustakaan Leiden. Dua terbitan itu (terbitan 1982 dan 1984) adalah satu-satunya versi asli yang belum didistorsikan (dihapus beberapa bagian).
Selanjutnya, naskah The Price of Freedom edisi bahasa Aceh dengan judul “Njum Merdehka; Seunurat Njang Gohlom Lheuh” yang diterbitkan di Banda Aceh pada tahun 1985 ditulis dengan mesik ketik sudah mengalami distorsi (penghapusan beberapa bagian yang memuat nama Dr. Husaini Hasan).
Tahun 1986, untuk pertama kalinya buku The Price of Freedom diterjemahkan kedalam bahasa Turki dan diterbitkan pada tahun 1986 dan 1996 dengan judul: Ozgurlugun Bedeli. Tapi saya tidak tau, diterjemahkan dari naskah yang mana.
Tahun 1999, buku itu sudah pernah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara anonim dan disebarkan melalui Mailing List, tapi tidak lengkap dan tidak selesai.
Tahun 2014, saya menterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia (belum diterbitkan) secara utuh dari naskah asli yang terdapat dalam koleksi Perpustakaan Leiden (1984) serta membandingkan dengan naskah versi Aceh (1985) dan memberikan beberapa catatan kaki.
Faktanya, saya menemukan puluhan nama Dr. Husaini Hasan dalam naskah asli ternyata dihilangkan dalam naskah bahasa Aceh dan naskah ketikan komputer yang saat ini banyak beredar di Internet. Bahkan, pada versi ketikan komputer itu (1984) telah dihilangkan 1 paragraf pada halaman 27 edisi 1982, halaman 26 pada edisi 1984, atau halaman 31 pada edisi bahasa Aceh yang berisi testimoni dan pujian alm. Wali Negara kepada Husaini Hasan.
Menghapus atau mendistorsikan beberapa bagian dari sebuah karya adalah kejahatan intelektual yang sangat hina. Terlepas dari konflik internal Aceh Merdeka kala itu, tapi bagi saya ini menjadi bukti bagaimana upaya orang-orang yang tidak bertanggung jawab menggunting Husaini Hasan dalam sejarah perlawanan Aceh Merdeka.
Tulisan ini sengaja saya tuliskan, agar generasi muda Aceh tidak terjebak dalam narasi-narasi sesat terkait perlawanan Aceh dengan Indonesia. Terlepas dari keberpihakan kita, tapi memihak dan bertahan pada kesalahan adalah kebodohan yang nyata! Semoga bermanfaat.
Sumber: Facebook Haekal Afifa
No comments:
Post a Comment