Oleh: Nab Bahany As
Besar kecilnya sebuah kota, atau bahkan sebuah negara memiliki ikonnya tersendiri. Ulee Glee sebagai ibukota Kecamatan Bandardua, Pidie Jaya, dulu memiliki ikonnya yang sangat terkenal dengan sebatang pohon beringin besar.
Pohon beringin itu, dulu terletak pas di pinggir lintas jalan raya nasional Banda Aceh-Medan, di sudut barat pasar Kota Ulee Glee. Sekarang tepatnya pas di depan masjid Ulee Glee.
Ketika itu, bila orang Ulee Gle menyebut dirinya dari Ulee Gle, orang langsung memastikan, Ulee Gle yang ada pohon beringin besar itu ya. Benar. Ini artinya, ketika orang menyebut Ulee Glee saat itu, langsung terbayang dengan pohon beringin besar itu sebagai ikonnya.
Apa lagi, dulu di bawah pohon beringin itu dijadikan semacam terminal bus di kota Ulee Glee. Semua bus berhenti di bawah pohon beringin itu untuk menaik-turunkan penumpangnya. Sehingga, setiap orang yang lalu lalang di jalan raya Banda Aceh-Medan hafal betul dengan pohon beringin besar di kota Ulee Glee ini.
***
Sampai tahun 1990-an, pohon beringin besar di kota Ulee Glee ini masih berdiri tegak sebagai ikonnya Ulee Glee. Sebagai pohon beringin yang sudah sangat tua dan besar, dengan akar-akarnya yang bergelantungan seperti tali-temali di selingkar pohonnya.
Pada pohon beringin ini sering diisukan adanya penampakan-penampakan makhluk gaib bila telah jula (larut) malam. Padahal, di bawah pohon beringin itu tak pernah sepi dari kegian manusia.
Apa lagi dulu, di bawah pohon beringin itu banyak kios yang buka sampai larut malam. Bahkan ada sebuah kedai kopi di bawah pohon beringin itu yang buka sampai 24 jam. Bila ada orang yang bergadang di kampung-kampung, dan sudah merasa lapar pada larut malam, mereka bisa langsung datang ke kedai kopi bawah beringin ini untuk membeli makanannya.
Bahkan dulu, ada sebuah keluarga dari Banda Aceh yang membuka sebuah warung pas kopi pas di bawah pokok beringin itu, sampai warung kopi itu di Ulee Glee saat itu dikenal dengan kopi beringin. Dan ketika itu kopi beringin ini adalah paling enak dan paling laris di Ulee Glee saat itu akhir-akhir tahun 1970-an.
Karena kopi beringin ini sudah sangat maju, dan tempatnya yang sempit tak memungkinkan lagi bertahun di bawah pokok beringin itu. Maka kemudian pemilik warung kopi beringin ini bernama–kalau tak salah ingat adalah Tgk Usman, memindahkan warungnya ke depan Galon AA pasar Ulee Gle.
Karena warung barunya saat itu terletak di antara pohon-pohon talas (bak libur), maka nama kopi dan warungnya juga berubah nama, dari kopi beringin berubah nama menjadi kopi leubue, sebagai warung kopi yang sangat terkenal di Ulee Glee kala itu. Pelanggannya sampai ke Mereudu dan Samalanga, mereka khusus datang ke Ulee Glee tiap hari hanya untuk menikmati segelas kopi leubue.
Sampai sekarang, warung kopi leubue di Ulee Glee masih tetap bertahan dan maju. Yang sekarang–kalau tak salah sudah diteruskan usahanya oleh cucu Tgk. Usman tadi, setelah sebelumnya diteruskan oleh anak Tgk Usman bernama Darwis. Saya sendiri sampai saat ini kalau pulang ke Ulee Glee tetap menyempatkan diri untuk singgah di warung kopi leubue ini.
***
Kembali ke pohon beringin sebagai ikon kota Ulee Glee. Pada menjelang tahun 1998, entah karena apa, tanpa angin, tanpa hujan, salah satu dahan besar pohon beringin di kota Ulee Gle ini mendadak tumbang dengan sendirinya.
Patahnya salah satu dahan besar pohon beringin di pasar Ulee Glee saat itu membuat geger masyarakat. Banyak orang kampung sengaja datang ke pasar Ulee Glee saat itu hanya sekadar untuk menyaksikan dahan pohon beringin yang tumbang itu.
Bersamaan dengan patahnya dahan pohon beringin di Ulee Glee ini, kondisi negeri yang dikuasai Golkar saat itu sedang dalam gejolak. Pemerintahan Orde Baru dengan kekuatan Golkarnya ketika itu mulai melemah. Sehingga masyarakat pun saat itu berasumsi, bahwa tumbang dahan beringin secara tiba-tiba di Ulee Glee saat itu sebagai pertanda bahwa Golkar akan tumbang.
Tak lama setelah patahnya pohon beringin di Ulee Glee ini, Presiden Soeharto pun dilengserkan dari jabatan Presiden Republik Indonesia. Sehingga dengan sendirinya, kekuatan kekuasaan partai berlambang pohon beringin itu pun tumbang setelah patahnya pohon beringin di Ulee Glee ketika itu.
Namun saya tidak ingat persis, tahun berapa pohon beringin di kota Ulee Glee itu ditumbangkan, untuk tidak terganggu pemandangan masjid Kecamatan yang sedang dibangun saat itu. Tapi, terlepas dari mengganggu atau tidaknya pandangan masjid dengan pohon beringin itu, yang jelas, hilangnya pohon beringin di kota Ulee Glee, sekaligus telah menghilangkan sebuah ikon dari kota Ulee Glee itu sendiri.
Sumber: Facebook Nab Bahany As
Editor: Bagbudig
No comments:
Post a Comment