Oleh: Washington Post
Sama halnya dengan Amerika Serikat, saat ini, Iran juga sedang berperang melawan virus corona, yang menurut penelitian para ahli dapat membunuh jutaan orang di kedua negara jika tidak ditangani.
Namun demikian, baik pemerintahan Trump maupun rezim Ayatollah Ali Khamenei tidak menjadikan keadaan darurat seperti ini untuk mengalihkan kedua negara dari “perang” satu sama lain.
Milisi yang didukung Iran di Irak telah berulang kali meluncurkan roket terhadap A.S bulan ini, bahkan ketika puluhan ribu dari 19 kasus covid membanjiri fasilitas medis di Iran.
Amerika Serikat lalu merespons dengan membom tempat penyimpanan senjata milisi dan terus meningkatkan sanksi terhadap ekonomi Iran. Pekan lalu, beberapa perusahaan yang terlibat dalam pemasaran petrokimia Iran menjadi target.
Minggu ini, Khamenei dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo melibatkan diri dalam perdebatan panas. Penguasa Iran menyalahkan sanksi AS karena dapat menghalangi Iran dalam perang melawan epidemi, yang disebut diciptakan oleh Amerika Serikat, sementara Mr. Pompeo mengklaim Teheran berbohong tentang tingkat infeksi dan berniat “mencuri” uang untuk pasokan medis.
Ada logika sederhana dalam serangan di Irak. Dengan penyerangan itu Iran memiliki harapan yang masuk akal untuk memaksa penarikan tentara AS dari negara itu. Tetapi strategi di balik kebijakan AS justru lebih sulit untuk dilihat.
Pada saat krisis kemanusiaan yang luar biasa, pemerintahan Trump justru meningkatkan langkah “tekanan maksimum” yang meningkatkan kesulitan bagi negara 80 juta jiwa itu.
Amerika Serikat bisa saja disalahkan oleh rakyat Iran dan juga negara-negara lain karena mempersulit otoritas di sana untuk memerangi epidemi. Dalam hal ini termasuk sekutu mereka: Inggris adalah di antara negara yang meminta pelonggaran sanksi untuk Iran.
Pompeo menegaskan bahwa Amerika Serikat telah menawarkan bantuan medis ke Iran – yang ditolak oleh rezim – dan katanya target sanksi tidak termasuk impor makanan atau obat-obatan.
Tetapi langkah-langkah AS dalam membatasi pembiayaan, asuransi, dan pengiriman ke Iran tetap saja berdampak bagi negara itu.
Narges Bajoghli dari Universitas Johns Hopkins dan Mahsa Rouhi dari Institut Internasional untuk Studi Strategis dalam tulisannya di New York Times melaporkan bahwa beberapa perusahaan yang memasok peralatan medis yang digunakan untuk memerangi virus corona telah menghentikan pengiriman ke Iran.
Presiden Trump, setidaknya, telah menentang tekanan dari Pompeo dan kelompok garis keras lainnya untuk lebih meningkatkan aksi militer di Irak. Tetapi alih-alih meningkatkan sanksi, dia seharusnya menawarkan Iran kesempatan untuk meredakan ketegangan melalui tindakan kemanusiaan bersama.
Rezim telah membebaskan seorang warga negara AS yang dipenjara. Sementara menunggu pembebasan yang lain, seharusnya pemerintah AS mendukung permintaan Iran kepada Dana Moneter Internasional untuk bantuan darurat.
Konfrontasi yang diprakarsai oleh Trump dengan Iran secara nyata gagal mencapai tujuannya. Epidemi coronavirus menawarkan kesempatan untuk memperbaiki hubungan sementara dan fokus pada ancaman pandemi.
Sumber tulisan dan foto: The Washington Post
Terjemahan bebas dan penyesuaian oleh Bagbudig.com
No comments:
Post a Comment