Oleh: Wendra Saputra
Dari hari ke hari perkembangan penyakit corona yang disebabkan oleh virus covid-19, dari data terakhir di Indonesia tercatat 686 kasus, dengan jumlah pasien meninggal 55 dan pasien sembuh 30 orang. Ini artinya dari statistik data di indonesia virus ini menyebabkan angka kematian yang lebih besar daripada kemungkinan sembuhnya.
Dari data ini juga bisa dilihat bahwa, jumlah 600an orang itu adalah yang terjangkit hasil dari pemeriksaan labor, belum lagi data pasien dalam pengawasan yang tidak diperiksa karena keterbatasan alat dan tenaga SDM ahli pemeriksaan spesimen covid-19.
Selain peluang kematiannya yang sampai kini lebih besar dari jumlah kesembuhannya, virus ini juga mengalami proses penularannya yang sangat cepat, ditambah lagi penularan bisa dilakukan oleh orang yang belum memiliki gejala klinis, seperti demam, batuk, pilek, sesak napas dan nyeri tenggorokan.
Walaupun secara data provinsi dikatakan bahwa, Sumatera Barat belum ada positif covid-19, namun data pasien yang memiliki gejala dan datang dari daerah wabah yang kita kenal dengan ODP (Orang dalam Pemantauan) dan PDP (Pasien dalam Pengawasan) angkanya cukup tinggi di Sumatera Barat.
Dari fakta fakta di atas, sudah wajar jika covid-19 ini tidak boleh dipandang sebelah mata, dan diabaikan begitu saja. Bukan bermaksud menakukti, para ahli epidemiologi UI, Syahrial Syarif misalnya, menyatakan, semua daerah yang belum mengalami wabah di Indonesia tetap harus memikirkan skenario terburuk penyebaran virus covid-19 ini.
Namun, pertanyaannya, jika memang sampai ke daerah kita apakah kita sudah siap untuk menghadapi wabah corona di daerah masing masing? Jawabannya ada dalam kepala kita semua.
Jika membaca kesiapan daerah tentu harus ditelaah dari berbagai sumber, apakah Itu SDM nya, logistik, sarana dan prasarana dan masyarakatnya.
Daerah dalam hal ini gubernur, bupati dan atau walikota harus pro aktif memonitoring kesiapan rumah sakit dan Puskesmas dalam penanggulangan virus corona. Kesiapan terdiri dari kesiapan ruang isolasi, kesiapan alat kelengkapan medis, seperti ventilator, kesiapan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, bahkan juga kesiapan Puskesmas jika kemungkinan harus merawat pasien yang terjangkit virus covid-19.
Tentunya kesiapan kesiapan di atas disertai dengan kebijakan anggaran untuk pembelian dari segala hal yang dibutuhkan, dan itu harus dipikirkan saat ini.
Dari segi peningkatan SDM, bagaimana di masa belum adanya pandemi ini daerah mempersiapkan para dokter, paramedis, dan petugas lab yang mumpuni untuk melakukan pemeriksaan covid-19 yang terlatih melakukan swab dan melakukan pemeriksaan spesimen. Ini bisa dilakukan dengan pelatihan yang simultan dan berpola, dan sekali lagi ini hanya bisa dilakukan pada saat sekarang, sebelum status wabah itu datang.
Kemudian, dari segi kesiapan masyarakat apakah sudah memang paham bagaimana cara pencegahan dari virus corona, menumbuhkan kesadaran untuk rajin mencuci tangan, menerapkan hidup bersih dan sehat, upaya kesadaran untuk melakukan physical distancing atau menjaga jarak secara fisik, kemudian juga perlu ditekankan bagi yang datang dari daerah rantau yang termasuk daerah wabah, mari kita dengan kesadaran diri untuk melakukan isolasi diri dirumah masing masing.
Dengan karakter dan perilaku masyarakat kita sekarang memang sangat sulit untuk menyadarkan dan menumbuhkembangkan kesadaran untuk mencegah dan mengendalikan virus covid-19 ini. Namun hal ini tentu harus tetap kita sampaikan agar benar benar semua kalangan masyarakat teredukasi dengan baik tentang pencegahan merebaknya virus covid-19 di tengah masyarakat.
Sudah cukup kejadian di Italia mengajarkan kita bahwa menyepelekan corona akan menjadi petaka.
Semoga tulisan ini bisa memberikan pemahaman bagi kita semua, dan masing masing kita bisa berpikir apa peran yang bisa kita lakukan dalam mencegah merebaknya virus covid-19 ini di daerah kita masing masing.
*Penulis berprofesi sebagai dokter.
Sumber: Fb Wendra Saputra
Editor: Khairil Miswar
No comments:
Post a Comment