Oleh: Asnidar*
Jauh hari sebelum covid 19 memakan korban yang banyak di Jakarta, hati saya sudah terpanggil untuk turun tangan membantu. Panggilan hati ini semakin menguat ketika mulai ada seruan dan ajakan untuk menjadi relawan, bahkan semakin kuat lagi ketika Pemerintah DKI Jakarta juga memanggil Relawan Tenaga Kesehatan untuk turun tangan membantu di rumah sakit.
Sejak itu pula saya langsung berkomunikasi dengan orang-orang terkait, kerabat, sahabat, bahkan sudah meminta buah hatiku untuk merelakan jika Mamak memilih untuk menjadi relawan tenaga kesehatan Covid 19.
Dalam proses komunikasi itulah tiba-tiba muncul pertanyaan dalam hati sendiri yang sangat menyentuh: “Jika semua orang turun tangan mengatasi Covid 19, siapa yang ambil bagian merawat warga lainnya yang juga setiap hari ada yang sakit, apakah memang semua pasien harus saya kategorikan sebagai pasien Covid 19?”
Diam-diam saya mencoba membuktikan bisikan hati itu. Saya terkesima dengan fakta di klinik tempat saya bertugas, akhir-akhir ini warga yang datang berobat karena rasa khawatir terpapar Covid 19, datang dengan was-was, ketakutan, bahkan ada yang langsung mengaku takut mati kena Corona, dia minta diperiksa, saat saya tanya keluhan tidak satu pun gejala utama Covid, ia hanya cemas sehingga asam lambungnya naik.
Di klinik itulah, saya bisa leluasa ikut ambil bagian dalam hal sosialisasi pencegahan Covid 19 secara tenang dan edukatif. Cukup banyak warga yang makin penasaran dengan gejala yang dialaminya, walau hanya sakit gigi yang membuat ia demam ringan. Secara tak langsung pasien biasa sudah ikut tersosialisasi tentang virus Corona, yang secara otomatis saya sudah ikut serta membantu warga agar terhindar dari menjadi pasien Covid 19, begitulah yang ada dalam pikiran saya yang masih saya yakini hingga saat ini.
Akhirnya berdasarkan fakta tersebut saya menyimpulkan, bahwa salah satu “kunci” penangganan Covid 19 ada pada pengetahuan dan kesadaran warga tentang Covid 19. Jika warga dibekali pengetahuan, penyuluhan cara melawan Covid, maka jumlah pasien Covid bisa diturunkan secara mandiri. Banyak warga yang belum terpapar Covid yang butuh informasi dan keterangan tentang Covid 19, maka saya memilih menjadi penyuluh preventif di klinik saja, saya melihat cara ini cukup efektif ketimbang sosialisasi baliho.
Sebagai mitra tenaga medis, saya berbuat sesuai dengan kapasitas yang ada pada diri saya, saya harus objektif melihat situasi saat ini. Kondisi genting ini harus bijak dicermati, tidak semua pasien harus dicurigai Covid 19, sehingga diinterogasi secara menakutkan.
Saya sikapi situasi Covid 19 ini setenang mungkin bersama pasien yang datang. Warga masyarakat yang bukan gejala Covid tidak boleh terabaikan, harus tetap mendapat pelayanan maksimal seperti sebelum wabah Corona datang, tidak langsung dikait-kaitkan sebagai gejala klinis Covid, sehingga ia menjadi ketakutan, melemahkan imunitas akibat kecemasan tinggi.
Mewaspadai Covid 19 harus tetap menyemangati yang belum sakit.
*Penulis adalah tenaga kesehatan.
Sumber: Fb Asnidar
Ilustrasi: lapostexaminer
No comments:
Post a Comment