Kota Riyadh di Arab Saudi telah menghapus tanda jalan yang bertuliskan nama Suleiman yang Agung, Sultan dari Dinasti Turki Usmani, dari salah satu jalan di kota itu, media lokal melaporkan.
Kota Riyadh tidak memberikan alasan penghapusan tersebut, namun pengguna media sosial percaya bahwa hubungan yang tegang antara Arab Saudi dan Turki bisa saja menjadi pemicunya.
Selama beberapa tahun terakhir, hubungan antara Saudi dan Turki semakin tegang karena perbedaan diplomatik dan oleh keterlibatan satu sama lain dalam perang saudara Suriah, dan terutama oleh dukungan Turki terhadap Qatar.
Hubungan mencapai titik kritis dengan terjadinya pembunuhan terhadap jurnalis Saudi yang berbasis di AS, Jamal Khashoggi, di konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober tahun lalu. Setelah berbulan-bulan penyelidikan pembunuhan dan laporan PBB menyimpulkan bahwa agen Saudi membunuh Khashoggi di bawah komando langsung Putra Mahkota Mohammed Bin Salman, Turki telah berulang kali menyerukan mereka yang bertanggung jawab untuk dibawa ke pengadilan.
Akibatnya, Kerajaan Arab Saudi telah melakukan kampanye untuk mendorong para wisatawan memboikot Turki melalui semua cara, termasuk pembelian produk, konsumsi makanan, penjualan properti, transaksi dengan perusahaan Turki, dan terutama pariwisata ke negara itu.
Kampanye ini telah mengumpulkan dukungan di antara para bangsawan dan tokoh Saudi, kasus yang populer adalah ketika gubernur Riyadh, Faisal Bin Bandar menolak tawaran kopi Turki, yang memicu seruan untuk memboikot produk-produk Turki.
Pada Agustus tahun lalu, Kementerian Pendidikan Saudi melakukan serangkaian modifikasi pada buku-buku sejarahnya, mengubah warisan Kekaisaran Ottoman dan menyebutnya sebagai “pendudukan”.
Sumber: Middle East Monitor
No comments:
Post a Comment