Prancis sedang bersiap untuk mengusir 231 orang asing yang ada dalam daftar pantauan pemerintah karena diduga memiliki keyakinan agama ekstremis, kata sumber polisi pada Minggu (18/10), dua hari setelah seorang Islamis kelahiran Rusia memenggal seorang guru.
Kementerian dalam negeri Prancis, yang bertanggung jawab atas pengusiran orang asing, tidak aktif untuk mengonfirmasi informasi tersebut, yang pada awalnya dilaporkan oleh Eropa 1.
Prancis mendefinisikan ekstremis sebagai “orang yang, terlibat dalam proses radikalisasi, cenderung ingin pergi ke luar negeri untuk bergabung dengan kelompok teroris atau mengambil bagian dalam kegiatan teroris”.
Pemerintahan Presiden Emmanuel Macron telah mendapat tekanan dari partai konservatif dan sayap kanan untuk mengambil sikap lebih keras terhadap warga non-nasional yang dianggap menimbulkan ancaman keamanan.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin meminta pejabat setempat untuk memerintahkan pengusiran pada pertemuan Minggu sore, menurut sumber Europe 1.
Dari jumlah total tersangka, 180 orang saat ini berada di penjara dan 51 orang akan ditangkap pada jam-jam berikutnya, kata sumber polisi.
Darmanin juga meminta layanan kementeriannya untuk memeriksa lebih teliti permintaan orang yang ingin mendapatkan status pengungsi di Prancis, kata sumber itu.
Tersangka Islamis berusia 18 tahun yang memenggal kepala seorang guru sejarah di luar sekolahnya pada hari Jumat, lahir di Rusia asal Chechnya dan berstatus pengungsi.
Macron mengadakan pertemuan Dewan Pertahanan dengan menteri kabinet senior pada hari Minggu.
Sumber: Reuters
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment