Prancis menolak “situasi saat ini di Mediterania Timur,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kemarin (8/12). Dia mengecam negara-negara kawasan karena “melanggar hukum internasional”.
Pernyataan Macron datang selama pertemuannya dengan mitranya dari Mesir, Abdel Fattah Al-Sisi, di ibu kota Prancis, Paris. Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin dilaporkan telah membahas sejumlah masalah regional, termasuk Libya dan Lebanon, serta sengketa Bendungan Renaisans Besar Ethiopia.
Macron menuduh kekuatan regional “menggunakan Libya sebagai teater untuk mendapat pengaruh”, menekankan bahwa Paris sedang mengupayakan “gencatan senjata dalam koordinasi dengan semua mitra untuk mendukung dialog politik di sana.”
Dia menambahkan bahwa negaranya “mengandalkan peran Mesir dalam dialog,” mencatat bahwa Prancis akan “berkoordinasi dengan sekutu Eropa kami untuk mencapai stabilitas politik di Libya.”
Sementara itu, Al-Sisi mengatakan bahwa “penting bagi komunitas internasional untuk melawan kebijakan agresif dan provokatif yang diadopsi oleh kekuatan regional yang tidak menghormati prinsip-prinsip hukum internasional dan bertetangga.”
“Mesir dan Prancis akan melanjutkan upaya bersama untuk menyelesaikan sengketa regional dengan cara damai berdasarkan resolusi legitimasi internasional,” kata Al-Sisi.
Al-Sisi tiba di Paris pada hari Minggu, menyusul undangan Macron, untuk membahas peningkatan hubungan strategis antara kedua negara.
Sumber: Middle East Monitor
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment