Oleh : Arifuddin
Albert J. Bernastein dalam bukunya yang laris, Emational Vampires: Dealing With People Who Drain You Dry (2001), menggunakan istilah “drakula” untuk menggambarkan “keserakahan” manusia. Bahkan Theodore Millon dalam buku monumentalnya, Disorders of Personality: DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) and Beyond (1996), melukiskan arogansi drakula yang berwujud manusia.
Adapun ciri-ciri tampilan drakula yang berwujud manusia antara lain, dia lihai melanggar norma, hukum, dan aturan sosial. Hukum dan aturan hanya berlaku untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Mereka mencari keuntungan diri sendiri, bahkan sangat peka akan hak sendiri tanpa peduli hak orang lain. Diri sendiri dianggap penting, orang lain tiada artinya.
“Drakula emosi” memiliki hobi marah, suka mengeluh, sering berpikir negatif, fokus pada kelemahan pihak lain, paling senang menebar isu dan sering nge-gosip, serta gemar kasak-kusuk. Emosi ini akan menjadi lesu, lemah, demotivasi, dan banyak berpikir negatif. Ciri utama drakula emosi adalah sering menghisap emosi manusia.
Penulis ingin mengajak kita semua, hati-hati bila kita bergaul dengan para drakula emosi, karena suatu saat emosi kita akan diisap dan kita pun menjadi tak berdaya, atau mungkin kita malah menjadi drakula emosi baru yang pemarah, pengeluh, dan cenderung berpikir negatif.
Menurut para Psikolog University of California, Howard Friendman, “Emosi itu menular.” Ternyata dalam kehidupan kita ini, kita seperti cermin. Bila cermin kita kuat dan tajam, kita yang akan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita. Bila kita lemah, kita yang terpengaruh orang-orang di sekitar kita. Bahkan cermin kita sama-sama kuat, ia akan saling mempengaruhi satu sama lain. Para ahli menyebutkan “Neuron Cermin”, ahli lain menyebutkan bahwa kita adalah “bunglon sosial”, bisa berubah-ubah bergantung dengan siapa kita berinteraksi.
Hati-hati bergaul dengan drakula emosi. Sebab, konsekuensi terbesar bergaul dengan mereka ada dua; kita tertular menjadi drakula emosi atau kita dimangsa mereka. Bila kita sering lesuh, loyo, lemah, tidak bergairah, dan sering mengalami demotivasi, kemungkinan besar kita telah menjadi korban drakula emosi.
Tips agar kita tidak mudah tertular atau menjadi korban drakula emosi:
Pertama, perbesar cermin kita. Cermin kita harus dipertajam dan diperkuat. Lingkaran pengaruh kita diperluas dan dikukuhkan. Kita harus menaklukkan para drakula, bukan malah membiarkan diri kita dimakan oleh drakula.
Kedua, berusaha dan beraktivitaslah pada siang hari (lingkungan yang terang). Karena dengan itu para drakula akan takut dengan sinar matahari. Dalam dunia nyata, para drakula takut dengan birokrat atau para bisnis yang transparan. Mereka takut diaudit. Maka, bergaul dan berbisnislah dengan orang yang menyukai transparan, terbuka, dan tidak senang bermain di area yang abu-abu apalagi dunia hitam.
Ketiga, tebarkan air suci. Karena drakula takut dengan air suci. Dia takut dengan orang-orang yang memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi. Bila terkena air suci, muka drakula rusak, bahkan dirinya pun menjadi tak berdaya. Mari tingkatkan spiritualitas kita, maka para drakula akan lari terbirit-birit.
Akhir kata, semoga kita tidak akan pernah menjadi drakula bagi partner-patner kita.
Mataram, 11/11/21
Ilustrasi: Heta News
No comments:
Post a Comment