Sebagai generasi X (expired), kita akan merasa geli dengan berbagai tingkah polah generasi milenial yang tampak di ruang publik atau media sosial. Bagi kita, aktivitas-aktivitas mereka umumnya unfaedah. Mereka tidak seperti yang kita ingin lihat (mengaji, baca buku, diskusi ilmiah, belajar, dll).
Yang kita temukan dari mereka adalah joget di tiktok, nongkrong sambil ketawa-ketiwi, atau berkumpul sambil main game online, jangan-jangan ada judinya pula!
Melihat semua itu kita bisa serangan jantung bila membayangkan (dan pasti) merekalah nantinya yang akan jadi presiden, jadi Panglima TNI, jadi Kapolri, jadi menteri, jadi rektor, jadi, gubernur, dan sebagainya. Pasti semua jabatan-jabatan itu akan diambil oleh generasi mereka.
Mustahil generasi X yang jadi muda kembali. Singkat kata, generasi milenial itulah yang nantinya menjadi pengemudi negara. Merekalah yang menentukah arah bangsa! Kondisi agama di masa depan, mereka juga yang menentukan.
Ada apa dengan milenial? Mereka berkumpul dan ketawa-ketiwi karena mereka adalah manusia. Manusia adalah makhluk yang niscaya mutlak tidak bisa hidup sendiri. Manusia wajib memiliki hubungan sosial.
Zaman sekarang orang-orang tidak suka lagi hal-hal yang terlalu rumit, mendalam, dan berjilid-jilid. Manusia sekarang butuh sesuatu semacam ensiklopedi. Mengetahui segala sesuatu secara cepat, ringkas, dan tidak berbelit-belit. Mereka butuh to the poin aja.
Ketika memperhatikan, terkadang dalam beberapa kontennya, saya melihat sesuatu yang ditulis dalam ratusan halaman buku bisa ditampilkan secara menarik hanya dalam beberapa detik dalam tiktok. Ternyata sebagian generasi milenial dengan gawainya tidak selalu main game. Terkadang mereka bisa menghasilkan uang halal dari entah apa aplikasi yang mereka geluti dan konten yang mereka buat.
Mengenai judi, itu adalah bandit yang selalu eksis dalam setiap peradaban manusia. Tetapi apakah dengan pengetahuan ala instan itu bisa melahirkan seorang presiden yang kredibel? Apakah dengan cara demikian bisa melahirkan Panglima TNI yang berwibawa? Apakah dengan cara demikian dapat melahirkan menteri-menteri yang mumpuni? Saya sendiri masih ragu dan bingung.
Tetapi saya teringat sebagian generasi milenial tidak hanya sedang berada di dalam kamarnya sedang membuat konten menari untuk dipunggah ke tiktok. Tidak semuanya sedang berada di kafe sedang ketawa-ketiwi. Tidak semua sedang berada di warung kopi bermain game online. Masih ada sebagian yang sedang bersandar di pilar masjid di sebuah pondok sedang menghafal Al-Qur’an. Sepertinya memang ada sebagian generasi milenial yang sedang membaca buku (setidaknya novel. Semoga).
Tidak ada manusia yang mengetahui masa depan. Besar kemungkinan mereka yang suka main tiktok sambil goyang itu yang akan jadi menteri. Bisa jadi mereka yang sedang bersandar di tembok masjid itu yang mendekam di penjara karena menjadi bandar. Semuanya bisa terjadi.
Satu hal yang pasti generasi milenial hari ini yang akan menjadi pengemudi bangsa.
Maka atas alasan apapun, atas kesilapan apapun yang mereka lakukan, segala hak milenial harus utuh mereka miliki. Karena satu kesalahan kecil, tidak boleh masa depan mereka dibuat buntu.
Setiap dari mereka harus memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kecil mereka. Setiap orang bisa berubah. Apalagi generasi milenial. Mereka harus dihormati sehormat-hormatnya karena di tangan mereka bangsa dan negara ini akan diserahkan.
Namun, terlepas dari asumsi-asumsi di atas, kita perlu mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi milenial hari ini? Apa saja tantangan yang mereka hadapi? Seperti apa idealitas mereka?Bagaimana gambaran bangsa dan agama kelak di tangan mereka?
Ilustrasi: Loyalty Magazine
No comments:
Post a Comment