Kekuatan regional dan internasional telah bersatu di belakang Raja Yordania Abdullah II setelah dugaan kudeta yang dilakukan mantan putra mahkota Hamzah bin Hussein untuk menggulingkan raja.
Otoritas Yordania menangkap Pangeran Hamzah, saudara tiri Raja Abdullah, bersama dengan beberapa orang lainnya pada Sabtu atas dugaan ancaman terhadap “keamanan dan stabilitas” kerajaan, kata militer.
Negara-negara Arab, termasuk Mesir, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab, menanggapi dengan pernyataan dukungan penuh untuk raja Yordania.
“Kerajaan menegaskan dukungan penuhnya, dengan semua kemampuannya, untuk semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh Raja Abdullah dan Yang Mulia Pangeran Al Hussein bin Abdullah II, Putra Mahkota, untuk menjaga keamanan dan stabilitas,” bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh Kerajaan Saudi.
Dalam sebuah pernyataan di Facebook, kepresidenan Mesir menggarisbawahi dukungannya kepada Raja Abdullah dan upayanya untuk “menjaga keamanan dan stabilitas kerajaan dari segala upaya untuk merusaknya”.
Qatar, sementara itu, juga menyatakan “solidaritas penuh” dengan Yordania, menambahkan bahwa “hubungan strategis antara kedua negara persaudaraan akan tetap menjadi penjagaan yang jujur dan kuat terhadap setiap upaya untuk merusak keamanan dan stabilitas di kedua negara dan kawasan,” menurut pernyataan tersebut.
Pernyataan serupa juga dikeluarkan oleh Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait, Lebanon, Yaman, Oman, Otoritas Palestina, dan Liga Arab dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Lebih jauh lagi, Amerika Serikat ikut bergabung dengan paduan suara dukungan untuk Raja Abdullah, yang telah bertindak sebagai sekutu regional utama Washington dalam operasinya melawan kelompok ISIS.
“Kami dengan cermat mengikuti laporan dan berhubungan dengan para pejabat Yordania. Raja Abdullah adalah mitra utama Amerika Serikat, dan dia mendapat dukungan penuh kami,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price dalam email.
Pangeran Hamzah, putra tertua dari almarhum Raja Yordania Hussein sempat menjadi putra mahkota Yordania selama empat tahun sebelum dicabut gelarnya untuk memberi jalan bagi putra tertua raja saat ini, Hussein.
Mantan putra mahkota itu dikawal dari istananya di Amman pada hari Sabtu dan ditempatkan di bawah tahanan rumah.
Tidak ada rincian yang dirilis untuk mengungkap keseluruhan rencana kudeta, namun sumber tersebut mengatakan itu “terorganisir dengan baik” dan melibatkan elemen “asing”.
Sumber: The New Arab
Terjemahan bebas Bagbudig
No comments:
Post a Comment