Buku ‘Teologi Terakhir’ adalah kajian teologi dan wacana moderasi dalam perspektif teologis mencakup diskursus inteligensia, politik, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan.
Tentang buku tersebut, Dr. Budhy Munawar-Rachman, Dosen Filsafat Islam Sekolah Tinggi Filsafat [STF] Driyarkara, Jakarta, berpandangan, “Melalui buku ini kita mendapatkan wacana, inspirasi, dan tentunya pencerahan dalam memahami Islam secara mendalam dan meluas sekaligus. Miswari adalah seorang penulis yang mempunyai kemampuan menggali spirit Islam dikontekstualisasikan dengan kebutuhan zaman kini. Pandangan-pandangannya dalam buku ini sangat kontekstual dan memberi solusi atas masalah kontemporer. Saya merekomendasikan untuk membaca dan mendalaminya. Anda akan mendapati inspirasi yang tak terbayangkan sebelumnya”.
Muhammad Alkaf, dosen Ilmu Politik di IAIN Langsa mengatakan, pandangan Dr. Budhy Munawar-Rachman, benar-benar representatif untuk menjelaskan keseluruhan pembahasan dalam ‘Teologi Terakhir’. Alkaf menambahkan, hanya dengan bekal filsafat dan tasawuf yang baik, kontekstualisasi teologi dapat dilakukan dengan baik.
Sementara itu, Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Ph.D., Pengajar Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, dalam kata pengantar buku mengatakan “Dalam ‘Teologi Terakhir’, Miswari kembali menyajikan suatu lanskap pemikiran teologi yang ada dalam tradisi kesarjanaan muslim. Karena itu, membaca karya Miswari seakan-akan kita diajak untuk memasuki caranya bertutur di dalam bahasa tulis.”
Editor buku, Nani Widiawati, Dosen Pemikiran Islam IAI Cipasung, Jawa Barat, dalam pengantarnya mengatakan, “’Teologi Terakhir’ merupakan refleksi kegelisahan penulisnya atas interpretasi umum dari diskursus teologi yang berkembang dewasa ini. Miswari menelisik konteks-konteks teologis yang berpotensi hadir di hadapan teologi dalam situasi kontradiktif, merongrong, untuk kemudian mengekangnya, sehingga aksiologi keilmuannya terlepas dari persoalan objektif yang dihadapi umat manusia. Untuk selanjutnya, ia menyampaikan solusi bagi banyak problem teologis dewasa ini. Membaca buku ini, cita-cita moderasi Islam menemukan titik terangnya.
Rengga Dwi Satria, Dosen pendidikan Islam di Padang, berpandangan, “‘Filsafat Terakhir’, ‘Tasawuf Terakhir’ dan ‘Teologi Terakhir’ merupakan tiga karya besar dari Miswari. Awalnya, saya tidak terlalu tertarik dengan buku-buku ini. Apakah penulis agak narsis? Atau mungkin memberikan sentuhan joke sehingga setiap bukunya selalu ada kata terakhir? Mungkin itulah semacam anggapan-anggapan di awal.
“Ketika Miswari mempublikasikan buku ‘Tasawuf Terakhir’nya, saya memesan buku ini sebagai tambahan referensi dalam mengampu mata kuliah Tasawuf dan Pendidikan Ruhani. Ternyata Miswari menjelaskan dengan baik argumentasinya kenapa bukunya diberi judul ‘Tasawuf Terakhir’. Miswari mampu menjelaskan dengan sangat baik kompleksitas tasawuf falsafi. Sumber referensi terbilang juga sangat banyak, mewakili tradisi intelektual Timur dan Barat. Terlihat sekali bahwa penulisnya sangat serius dan tekun dalam menulis.”
Ramli Cibro, pengajar pemikiran Islam di STAI Meulaboh, Aceh Barat mengatakan, “Setiap model teologi memiliki ruang konteksnya masing-masing. Ia dinilai negatif bagi orang yang menilainya secara negatif. Teologi menjadi semakin dinamis dan moderat justru ketika ia didiskusikan ulang dan dibedah secara kritis, namun selalu diupayakan menyajikan jawaban alternatif bagi setiap persoalan umat manusia. ‘Teologi Terakhir’ sangat tebal dan besar, tetapi cukup ringan untuk dibaca dan dipahami.”
Penulis ‘Teologi Terakhir’, Miswari, menempuh pendidikan Magister Filsafat Islam di ICAS-Paramadina Jakarta. Dilanjutkan Program Doktor Filsafat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah menulis sekitar dua puluh judul buku di antaranya ‘Tasawuf Terakhir’ dan ‘Filsafat Terakhir’. Telah menulis sekitar lima puluh artikel ilmiah untuk jurnal terindeks Scopus, Sinta, dan lainnya. Saat ini penulis adalah dosen filsafat, tasawuf, dan teologi Islam IAIN Langsa, Aceh.
No comments:
Post a Comment